PENGARUH ZEOLIT DAN BAHAN HUMIK PADA ULTISOL TERHADAP KETERSEDIAAN HARA DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L)

ABSTRAK

Penelitian pengaruh pemberian zeolit dan bahan humik pada Ultisol terhadap ketersediaan hara dan hasil jagung, bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian zeolit dan bahan humik pada Ultisol dan interaksinya terhadap ketersediaan hara dan produksi jagung. Penelitian berbentuk Faktorial 2x3, ditempatkan menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari dua faktor; Faktor zeolit (Z) yang terdiri dari dua taraf yaitu Zo=0 ton/ha dan Z1=6 ton/ha. Faktor bahan humik (H) yang terdiri dari 3 taraf yaitu Ho=0 mg/kg, H1=75 mg/kg dan H2= 150 mg/kg. Diuji menggunakan uji F (Fisher's Test) dan uji lanjutan Duncan's New Multiple Range Test (DNMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi zeolit dan bahan humik belum memperlihatkan peningkatan N total, P tersedia dan K tersedia tanah, tetapi telah dapat menurunkan Al-dd tanah dan meningkatkan KTK tanah. Pemberian zeolit sebanyak 6 ton/ha dapat menurunkan kejenuhan Al sebesar 0,08 me/100 g, pemberian bahan humik sebanyak 75 mg/kg menurunkan kejenuhan Al sebesar 0,38 me/100 g dan pemberian bahan humik 75 mg/kg dan zeolit 6 ton/ha  secara bersamaan dapat meningkatkan KTK tanah sebesar 2,41 me/100 g.

Kata kunci: Zeolit, bahan humik, Ultisol, ketersediaan hara, produksi


PENDAHULUAN

Lahan kering yang masih berpotensi untuk perluasan areal pertanian, umumnya ditempati oleh tanah marginal atau tanah bereaksi masam. Salah satu tanah yang bereaksi masam di Indonesia adalah Ultisol, yakni seluas 38,401 juta hektar dan tersebar di pulau-pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya (Hardjowigeno, 1986). Selain bereaksi masam, menurut Ahmad (1990) Ultisol merupakan tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut dan didominasi oleh mineral liat kaolinit.
Walaupun Ultisol mempunyai potensi yang besar, namun produktifitas tanahnya rendah. Hal ini disebabkan oleh sifat-sifat tanah seperti: pH dan KTK tanah yang rendah, miskin terhadap kation basa, Al-dd tinggi yang dapat meracun tanaman, fiksasi unsur N, P, K dan Ca serta mudah tererosi (Nyakpa, et al. 1988).
Usaha-usaha untuk meningkatkan produktifitas Ultisol ini telah banyak dilakukan seperti dengan pengapuran, pemupukan, penambahan bahan organik dan bahan-bahan lain yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Salah satu usaha yang belum banyak dilakukan untuk memperbaiki sifat tanah ini yaitu dengan pemberian zeolit. Pemberian zeolit pada tanah masam dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Menurut Mumpton (1983), zeolit merupakan bahan pemantap tanah yang dapat meningkatkan reaksi pada tanah masam dan memperbaiki sifat kimia tanah, meningkatkan kemampuan memegang air serta dapat memegang hara dan melepasnya secara perlahan-lahan.
Alternatif lain yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat tanah, baik sifat fisik, kimia, dan biologi tanah adalah dengan penambahan bahan humik. Tan (1982) mengatakan bahwa bahan humik adalah bahan koloidal terpolidispersi yang bersifat amorf, berwarna kuning hingga coklat-hitam dan mempunyai berat molekul relatif tinggi. Bahan humik berperanan dalam reaksi kompleks dalam tanah dan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung, dapat memperbaiki kesuburan tanah dengan mengubah kondisi fisik, kimia dan biologi tanah. Secara langsung bahan humik dapat merangsang pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya terhadap metabolisme dan terhadap proses fisiologi lainnya (Tan, 1982).
Dari uraian di atas dikatakan bahwa dengan pemberian zeolit maupun bahan humik dapat memperbaiki kesuburan tanah. Diharapkan dengan pemberian zeolit dan bahan humik secara bersamaan pada tanah akan lebih meningkatkan kesuburan tanah dan produktifitas tanah. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh Pemberian Zeolit dan Bahan Humik pada Ultisol terhadap Ketersediaan Hara dan Produksi Jagung (Zea mays L.). Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian zeolit, bahan humik pada Ultisol dan interaksinya terhadap ketersediaan dan hasil tanaman jagung.

BAHAN DAN METODA
Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang, Tanah yang digunakan adalah Ultisol.  Sebagai perlakuan digunakan beberapa takaran zeolit yang berasal dari Pusat Pengembangan Teknologi Mineral (PPTM) Bandung dan bahan humik yang digunakan diperoleh dengan mengekstrak tanah gambut pada tingkat pelapukan saprik dengan NaOH 0,1 M (Lampiran 1).
Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini berbentuk Faktorial 2x3 yang ditempatkan menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan.
Faktor I (Z = takaran zeolit) :
Zo        =  0 ton/ha (tanpa zeolit)
Z1        =  6 ton/ha (21 g zeolit/pot)
Faktor II (H = takaran bahan humik) :
Ho       =    0  mg bahan humik/kg tanah (tanpa bahan humik)
H1          =   75 mg bahan humik/kg tanah (525 mg bahan humik/pot)
H2       = 150 mg bahan humik//kg tanah (1050 mg bahan humik/pot)
Pengambilan tanah dilakukan pada kedalaman 0-20 cm secara bulk komposit. Zeolit dan bahan humik diberikan berdasarkan berat tanah yang digunakan tiap pot sesuai dengan perlakuan. Zeolit diberikan dengan cara dicampur secara merata dengan tanah, sedangkan bahan humik dilarutkan dengan air sampai penyiraman tanah pada kapasitas lapang, lalu ditutup dengan plastik, selanjutnya diinkubasi selama 3 minggu.
Pemupukan dasar dilakukan sehari sebelum tanam, masing-masing Urea 200 kg/ha (4 g urea/pot), SP-36 sebanyak 175 kg/ha (3,5 g SP-36/pot) dan KCl 150 kg/ha (3 g KCl/pot). Penanaman jagung dilakukan sehari setelah pupuk dasar dengan menugalkan 3 benih jagung tiap pot. Biji sebelum tanam dicampur dengan Rhidomil agar tanaman tidak terserang penyakit bulai. Setelah tanaman berumur satu minggu dilakukan penjarangan dengan mempertahankan satu tanaman masing-masing pot. Pemeliharaan meliputi penyiangan, penyiraman serta pemberantasan hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan setiap ada gulma yang tumbuh, sedangkan penyiramana dilakukan setiap hari (1 kali sehari) dan dipertahankan dalam keadaan kapasitas lapang. Panen dilakukan apabila jagung cukup tua, yaitu bila kulit (kelobot) sudah kuning setelah berumur 13 minggu.

Pengamatan
Analisis contoh tanah awal meliputi: C-organik, pH tanah, N-total, P tersedia, Al-dd, K-dd; Na-dd; Ca-dd dan Mg-dd, serta KTK tanah. Sedangkan analisis tanah setelah inkubasi meliputi: C-organik, pH tanah, P tersedia, N total, K tersedia, Al-dd dan KTK. Untuk penetapan produksi parameter yang diamati adalah berat biji kering pipilan, yang dikonversikan keberat pada kadar air 14%.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Kimia Tanah Awal
Hasil analisis sifat kimia tanah awal yang dinilai berdasarkan kriteria ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah Awal.
No
Sifat Tanah
Nilai
Kriteria
1.
C-Organik (%)
2,05
sedang
2.
N-Total (%)
0,14
rendah
3.
Ratio C/N
14,64
sedang
4.
P-tersedia (ppm)
5,70
rendah
5.
Ca-dd (me/100 g)
0,83
sangat rendah
6.
Mg-dd (me/100 g)
0,20
sangat rendah
7.
Na-dd (me/ 100 g)
0,11
rendah
8.
K-dd (me/100 g)
0,15
rendah
9.
KTK (me/100 g)
11,12
rendah
10.
AI-dd (me/100 g)
2,05
-
11.
Kej. Al (%)
57,50
sangat tinggi
12.
pH H2O
4,75
masam
12.
pH KC1
3,90
-
Dari Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa tanah yang digunakan dalam penelitian ini bereaksi masam dengan pH H2O 4,75, tingkat kesuburan tanah rendah, meliputi P-tersedia dan N-total rendah, C-organik dan ratio C/N sedang, kandungan basa-basa berkisar rendah sampai sangat rendah, kejenuhan Al yang sangat tinggi 57,5%, serta mempunyai KTK tanah yang rendah yaitu 11,12 me/100g.
Secara keseluruhan tanah yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai tingkat kesuburan rendah (Tabel 1) meliputi N total, P tersedia, K tersedia yang rendah, pH tanah rendah dan kejenuhan Al sangat tinggi. Kondisi tersebut menurut Soepardi (1983) umumnya ditemukan pada Ultisol yang telah berumur lanjut dengan bahan induk batuan masam dan terletak pada zone iklim tropis basah dengan curah hujan yang tinggi, sehingga terjadi pencucian intensif terhadap kation-kation basa dan menyebabkan kandungan hara menjadi rendah serta rendahnya pH tanah akibat tingginya kandungan Al dan fiksasi P.

Sifat Kimia Tanah Sesudah Inkubasi
Hasil analisis sifat kimia tanah setelah masa inkubasi yang dinilai dengan kriteria LPT, 1983 adalah C organik dan pH tanah, sedangkan yang diuji dengan uji F dan dilanjutkan dengan uji lanjutan DNMRT adalah N total, P tersedia, K tersedia, AI-dd dan KTK tanah. Hasil analisis C-organik dan pH tanah setelah masa inkubasi disajikan pada Tabel 2, sedangkan sifat kimia tanah N total, P tersedia, K tersedia, AI-dd dan KTK tanah setelah masa inkubasi disajikan pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 2. Hasil Analisis C-Organik dan pH Tanah Setelah Inkubasi.
Zeolit (ton/ha)
Bahan Humik ( mg / kg )
0
75
150

C-organik (%)
0
1,97 r
2,26 s
2,54 s
6
2,25 s
2,19 s
2,40 s

pH H2O
0
4,51 m
4,43 sm
4,42 sm
6
4,40 sm
4,40 sm
4,35 sm

pH KCl
0
3,90
3,92
3,91
6
3,90
3,92
3,92
Keterangan: r   = rendah   m = masam       s = sedang sm = sangat masam

Dari Tabel 2 dilihat bahwa setelah perlakuan terlihat kecenderungan peningkatan kandungan C-organik, dibandingkan dengan tanah awal. Pemberian zeolit tanpa bahan humik dapat meningkatkan kandungan C-organik dan pemberian bahan humik tanpa zeolit juga meningkatkan kandungan C-organik.
Pemberian perlakuan zeolit 6 ton/ha dan bahan humik 75 dan 150 mg/kg (Tabel 2), terlihat kecenderungan peningkatan kandungan C-organik tanah dibandingkan dengan tanah awal. Kandungan C-organik tanah meningkat karena zeolit dapat memperbaiki kondisi tanah dengan cara memperbaiki aerasi tanah yang mengakibatkan mikroorganisme tanah aktif melakukan dekomposisi sehingga dapat meningkatkan kandungan C-organik tanah.
pH H2O tanah setelah inkubasi secara keseluruhan menunjukkan penurunan dari 4,75 menjadi 4,51 sampai 4,35 (Tabel 2). Hal ini terjadi karena zeolit mempunyai kandungan Al2O3 yang cukup tinggi, sehingga dapat menurunkan pH tanah.

Tabel 3.  Nilai F dari Pengaruh Zeolit dan Bahan Humik Terhadap Sifat Kimia Tanah
Parameter
F. hitung
F. tabel 5%
Zeolit
Humik
Interaksi
Zeolit
Humik
Interaksi
N total tanah
17,20*
5,06*
2,98 ns
4,75
3,88
3,88
P tersedia
30,85*
0,32 ns
4,20*
4,75
3,88
3,88
K tersedia
3,25ns
0,95 ns
0,56ns
4,75
3,88
3,88
Al-dd
2,00 ns
7,88*
5,38*
4,75
3,88
3,88
KTK
141,12*
41,23*
16,86*
4,75
3,88
3,88
Keterangan:             *) berbeda nyata         ns) berbeda tidak nyata

Penurunan pH H2O setelah pemberian zeolit 6 ton/ha (Tabel 2), karena zeolit mempunyai kandungan Al2O3 sebesar 10,81% (Lampiran 2) sehingga Al akan berikatan dengan OH- dan konsentrasi H+ meningkat, sedangkan penurunan pH H2O akibat pemberian bahan humik 75 dan 150 mg/kg, karena bahan humik mengandung asam-asam yang dapat menyumbangkan H+ kedalam tanah.
Kandungan N Total Tanah
Berdasarkan hasil uji F dan uji DNMRT terhadap kandungan N total tanah setelah inkubasi dapat disajikan Tabel 4. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada taraf ini belum ada interaksi pemberian zeolit dan bahan humik terhadap kandungan N-total tanah. Dengan pemberian zeolit 6 ton/ha dapat menurunkan kandungan N-total tanah secara nyata. Pemberian bahan humik 150 mg/kg dapat meningkatkan kandungan N-total tanah. Peningkatan N-total tanah ini disebabkan oleh sumbangan N dari bahan humik yang ditambahkan, karena bahan humik kaya akan unsur nitrogen.

Tabel 4. Pengaruh Pemberian Zeolit dan Bahan Humik Terhadap N-Total Tanah Setelah Inkubasi (%)
Zeolit (ton/hal)
Rata-rata
0
0,17 a
6
0,13 b
Bahan humik (mg/kg)
Rata-rata
0
0,13 a
75
0,15 ab
150
0,17 b
Keteragan :   Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menurut kolom tidak berbeda nyata menurut DNMRT taraf 5%

Penurunan kandungan N total tanah setelah pemberian zeolit sebanyak 6 ton/ha (Tabel 4) diduga karena zeolit mempunyai muatan negatif yang dapat menarik kation ke pemukaan dalam antara satuan kisi mineral. Ion NH4+ berukuran hampir sama dengan rongga kisi kristal, sehingga ion-ion tersebut diikat erat dan hanya dapat dilepaskan secara perlahan untuk tanaman (Sarief, Komar, Hulaimi, 1990). Namun walaupun demikian diharapkan ion NH4+ yang diikat merupakan sebagai cadangan unsur hara untuk tanaman berikutnya. Peningkatan N total setelah pemberian bahan humik 150 mg/kg disebabkan oleh sumbangan N dari bahan humik yang kaya akan unsur nitrogen.

Kandungan P tersedia tanah
Pengaruh pemberian zeolit dan bahan humik terhadap kandungan P tersedia tanah setelah masa inkubasi disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh Zeolit dan Bahan Humik Terhadap P Tersedia Tanah (ppm)
Zeolit (ton/ha)
Bahan Humik (mg/kg)
0
75
150
0
5,76a  (A)
6,57a  (A)
5,65a  (A)
6
4,44a  (B)
4,07a  (B)
5,02a  (A)
Keterangan :            Angka - angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menurut baris dan huruf besar yang sama menurut kolom tidak berbeda nyata menurut DNMRT taraf 5%.

Dari Tabel 5 terlihat bahwa ada interaksi antara pemberian zeolit dan bahan humik terhadap P tersedia tanah. Tetapi pemberian bahan humik dan penambahan takarannya belum memperlihatkan peningkatan P tersedia tanah.
Pemberian bahan humik sebanyak 150 mg/kg (Tabel 5), dapat meningkatkan P tersedia tanah. Hal ini diduga karena takaran bahan humik yang diberikan belum mampu membentuk kompleks metal organik maupun khelat dengan ion logam terutama Al dan Fe sehingga mengurangi kelarutannya. Menurut Tan (1982), P tersedia akan meningkat bila pada tanah diberikan ­asam organik, asam-asam organik akan berikatan dengan ion Al dan Fe yang berada dalam larutan tanah.

Kandungan K tersedia tanah
Hasil analisis memperlihatkan tidak ada interaksi zeolit dan bahan humik terhadap K tersedia tanah, hal ini dapat dilihat padaTabel 6.
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa tidak ada pengaruh pemberian zeolit dan bahan humik terhadap K-tersedia tanah dan juga tidak ada pengaruh pemberian zeolit dan bahan humik terhadap ketersediaan K tanah.

Tabel 6. Pengaruh Pemberian Zeolit dan Bahan Humik Terhadap K Tersedia Tanah
Perlakuan
Rata-rata (me/100 g)

Zeolit (ton/ha)
0
0,16a
6
0,25 a

Bahan Humik (mg/kg)
0
0,24 a
75
0,22 a
150
0,18 a
Keterangan :            Angka - angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menurut kolom tidak berbeda nyata menurut DNMRT taraf 5%.

Kandungan Al-dd Tanah
Pengaruh pemberian zeolit dan bahan humik terhadap kandungan Al tanah setelah masa inkubasi disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh Pemberian Zeolit dan Bahan Humik Terhadap Al-dd (me/100 g)
Zeolit (ton/ha)
Bahan Humik (mg/kg)
0
75
150
0
2,28  a (A)
1,672 b (A)
2,128 a (A)
6
1,976 a (B)
1,9 a (A)
1,9 a (A)
Keterangan :            Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menurut baris dan huruf besar yang sama menurut kolom berbeda tidak nyata menurut DNMRT 5%

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa ada interaksi antara pemberian zeolit dan bahan humik terhadap kandungan Al-dd tanah. Pada perlakuan Zo (0 ton zeolit/ha) pemberian bahan humik 75 mg/kg dapat menurunkan Al-dd, tetapi dengan penambahan takaran sampai 150 mg/kg kandungan Al-dd meningkat kembali. Pada perlakuan Z1 (6 ton zeolit/ha) pemberian bahan humik belum memperlihatkan perbedaan nyata terhadap penurunan kandungan Al-dd.
Pada perlakuan Ho (0 mg /kg) pemberian zeolit sebanyak 6 ton/ha menurunan kandungan Al-dd tanah secara nyata. Tetapi pada perlakuan H1 (75 mg bahan humik/kg) dan H2 (150 mg bahan humik/kg) pemberian zeolit sebanyak 6 ton/ha' belum dapat menurunkan kandungan kandungan Al-dd secara nyata.
Pemberian zeolit sebanyak 6 ton/ha justru memperlihatkan penurunan P karena mempunyai kandungan Al203 yang cukup tinggi, disamping itu terjadi hidrolisis Al sehingga dapat meningkatkan konsentrasi H+ kedalam tanah sehingga dapat memasamkan tanah.



KTK Tanah
Berdasarkan hasil uji F dan uji DNMRT terhadap data hasil analisis KTK tanah setelah masa inkubasi disajikan pada Tabel 8. Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa ada interaksi pemberian zeolit dan bahan humik terhadap KTK tanah. Pada perlakuan Z0 (0 ton/ha), pemberian bahan humik berpengaruh nyata terhadap peningkatan KTK tanah. Sedangkan pada perlakuan Z1 (6 ton/ha), pemberian bahan humik belum berpengaruh nyata terhadap peningkatan KTK tanah. Pada perlakuan H0 (0 mg/kg) dan H1 (75 mg/kg), pemberian zeolit sebanyak 6 ton/ha sudah meningkatkan KTK tanah secara nyata, kecuali pada perlakuan H2 (150 mg/kg) pemberian zeolit 6 ton/ha belum meningkatkan KTK secara nyata.

Tabel 8. Pengaruh Pemberian Zeolit dan Bahan Humik Terhadap KTK (me/ 100 g).
Zeolit (ton/ha)
Bahan Humik (mg/kg)
0
75
150
0
12,24 c (A)
12,59 b (A)
13,32 a (A)
6
13,32 a (B)
13,53 a (B)
13,55 a (A)
Keterangan :            Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menurut bans dan huruf besar yang sama menurut kolom berbeda tidak nyata menurut DNMRT 5%

Peningkatan KTK tanah setelah pemberian zeolit 6 ton/ha (Tabel 8), karena KTK zeolit jauh lebih tinggi dibandingkan dengan KTK tanah, sehingga pemberian zeolit dapat meningkatkan KTK tanah. Menurut Ushioda (1989 cit. Suwardi dan Suryaningtyas, 1995) zeolit merupakan mineral silikat berongga yang mempunyai KTK sangat tinggi sekitar 150 me/100 g. Pemberian bahan humik 150 mg/kg juga dapat meningkatkan KTK tanah, yang sebabkan oleh tingginya KTK bahan humik. Menurut Nyakpa et al. (1988) koloid humus yang terdiri dari asam humin, humik dan vulfik mempunyai KTK yang sangat besar berkisar 150-300 me/100 g.

Produksi
Nilai F hitung hasiI analisis sidik ragam produksi jagung disajikan pada Tabel 9 di bawah ini. Pada Tabel 9 dapat dilihat interaksi zeolit dan bahan humik belum memperlihatkan peningkatan produksi jagung.

Tabel 9. Hasil Analisis Uji F Produksi Jagung
Parameter
F. hitung
F. tabel
Z
H
Interaksi
Z
H
Interaksi
Berat biji
0,033ns
0,057 ns
0,0134ns
4,75
3,88
3,88
Keterangan:
*) berbeda nyata
ns) tidak berbeda nyata
Pemberian zeolit dan bahan humik belum memberikan pengaruh nyata terhadap berat biji kering tanaman. Hal ini diduga pemberian perlakuan masih belum optimal mempengaruhi sifat kimia tanah, seperti masih rendahnya ketersediaan hara, tingginya kandungan Al tanah, dan masih rendahnya pH tanah. Menurut Soeprapto (1995) pH optimal bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah 5,5 sampai 7,0.


KESIMPULAN

Dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.    Interaksi pemberian zeolit 6 ton/ha dengan bahan humik 75 dan 150 mg/kg belum berpengaruh nyata terhadap N total, K tersedia, dan hasil jagung, tetapi berpengaruh nyata terhadap P tersedia, kejenuhan Al dan KTK tanah.
2.    Pemberian bahan humik 150 mg/kg secara mandiri sudah dapat meningkatkan kandungan N total tanah. Pemberian zeolit secara mandiri dapat meningkatkan KTK tanah secara nyata.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, F. 1990. Penggunaan asam organik terhadap mobilitas Al dan peningkatan kapasitas tukar kation (KTK) tanah Ultisol. Pusat Penelitian Universitas Andalas. Padang. 29 hal.
Hardjowigeno, S. 1986. Genesa dan klasifikasi tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 284 hal.
Mumpton, F.A.1983. Natural zeolites.Zeo-Agriculture Zeolite. New York. hal 33-43.
Nyakpa, M.Y., A.M. Lubis, M.A. Pulung, A.G. Amrah, A. Munawar, G.B. Hong dan Hakim. 1988.  Kesuburan tanah. Universitas Lampung. Lampung. 258 hal.
Sarief, S, Komardi P.A. dan A. Hulaimi. 1990. Peranan zeolit untuk meningkatkan produktivitas tanah dan hasil tanaman rumput raja. Seminar/Kolokium Pusat Pengembangan Teknologi Mineral PPTM. Bandung. 17 hal.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan ciri tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal.
Soeprapto, H.S. 1995. Bertanam jagung. Seri Pertanian XXVII / 82 / 87. Penebar Swadaya. Jakarta. 59 hal.
Suwardi dan D.T. Suryaningtyas. 1995. Pengaruh pemberian zeolit terhadap Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah dan produksi tanaman tomat. Jurnal Pertanian Indonesia vol. 5 (2). 1995. hal 82-89.
Tan, K.H. 1982. Principles  of soil  chemistry. Marcel  Dekker Inc. New York. 267 p.